A.
Filsafat Yin Yang
“Dalam perubahan terdapat Awal Utama Agung (Tai Chi). Awal ini
menghasilkan dua daya utama. Kedua daya utama menghasilkan empat citra. Empat
citra menghasilkan delapan trigram.” (I Ching, Bab 11 dalam Liu 1986, 24)
Fondasi pemikiran masyarakat China
adalah kepercayaan pada alam semesta kosmis yang tunggal, suatu Ketunggalan
yang tanpa awal atau akhir. Filsafat yang lebih tua daripada aliran filsafat
China manapun adalah berbagai kepercayaan mendasar yang membantu orang China
memahami diri mereka sendiri dalam hubungannya dengan dunia: pada awalnya,
dunia adalah suatu kehampaan tanpa batas yang disebut Wu Chi. Kehampaan ini
digambarkan sebagai suatu lingkaran kosong yang dibentuk oleh garis
putus-putus. Dari kehampaan ini, muncullah kegiatan yang diekspresikan sebagai
Yang, yang digambarkan dalam bentuk lingkaran kosong, dan ketidakgiatan dalam
bentuk lingkaran hitam. Interaksi yang terjadi di antara kegiatan dan
ketidakgiatan ini disebut tai chi, yang diperlihatkan sebagai lingkaran Yin-Yang,
setengah hitam dan setengah putih.
Dari alam semesta kosmis yang luas
dan misterius, Yang Esa, semuanya berkembang. Ketika terwujud di dunia,
Ketunggalan ini terbagi dua: Yin dan Yang. Dua hal yang bertentangan yang
dinamis ini digambarkan dengan garis putus (untuk Yin) dan garis lurus (untuk
Yang). I Ching mengombinasikan garis-garis ini dalam pola yang digunakan untuk
meramal. Terdapat empat cara yang dapat digunakan untuk mengatur garis-garis
ini secara berpasangan: dua garis lurus, dua garis putus, satu garis lurus
diatas garis putus, dan satu garis putus diatas satu garis lurus.
Tigram kombinasi tiga garis dalam
satu kolom, dianggap berkaitan dengan kualitas-kualitas alam tertentu dan cara
kerjanya di alam semesta. Garis-garis itu pertama kali disusun dalam trigram
oleh Kaisar Fu His (2852-2738 SM). Ia melihat adanya pola pada cangkang
kura-kura yang pada waktu itu umum digunakan sebagai ramalan. Dua trigram
ekstrem adalah Ch’ien (tiga garis lurus) yang merupakan trigram Kreatif dan
K’un (tiga garis putus) yang merupakan trigram Menerima. Kedua trigram ini
dianggap mewakili dinamika langit dan bumi. Ch’ien adalah unsure kreatif,
penguasa, ayah, cahaya. Sedangkan K’un adalah prinsip menerima, ibu, diatur
dari atas, kegelapan. Semua trigram sisanya merupakan kombinasi dari kedua hal
yang bertolak belakang itu.
Kedelapan trigram itu dikombinasikan
menjadi 64 heksagram. Dengan menafsirkan semua pola yang berlainan, orang China
mengembangkan suatu cara meramal peristiwa di masa depan jika segala sesuatunya
sesuai dengan alam. Ilmu meramal I Ching memprediksi masa depan dengan
keakuratan yang gaib.
Teori ini menjadi dasar bagi ilmu
pengetahuan alam masyarakat China. Kalender lunar (berdasarkan perputaran
bulan) yang telah dikembangkan sekitar tahun 1200 SM berakar pada teori ini.
Demikian pula halnya dengan tradisi penyembuhan China yang menggunakan jejamuan
dan akupunktur.[1]
Keselarasan Tao ada terlebih dahulu,
diaktifkan oleh kepasifan, oleh tidak adanya aktivitas. Tetapi begitu
diekspresikan, Tao menghasilkan suatu permainan pertentangan yang dinamis dan
silih berganti: Yin-Yang, yaitu manifestasi Tao di dunia. Keduanya saling
menghasilkan satu sama lain sebagai kutub-kutub yang menjadi bagian dari
jalinan keberadaan.
Yin merujuk kepada ciri-ciri
kelembutan, kepasifan, kewanitaan, kegelapan, lembah, dan yang negative,
ketidakberadaan. Di lain pihak, Yang mengacu pada ciri-ciri seperti sifat
kekerasan, kejantanan, kecerahan, gunung, kegiatan, keberadaan.
Semua energi aktif terwujud sebagai
dualistas Yin-Yang. Ketidakberadaan menyertai keberadaan. Wujud Tao itu sendiri
merupakan perubahan yang ditentukan oleh aliran alami kutub energi. Energi itu
tidak statis, bukan suatu objek pasti.
Yin-Yang menghasilkan suatu
keseimbangan dinamis antara daya gerak dan sikap diam, antara keaktifan dan
kepasifan, sehingga titik keseimbangan kembali ke pusatnya. Kesatuan dari
hal-hal yang bertentangan pun berkembang. Dalam banyak penerapan Taoisme,
kesatuan ini menjadi sumber tuntunan, menjadi tolok ukur, menjadi standar untuk
mengevaluasi kebenaran ketika akal budi dikerahkan dalam segala hal.[2]
Berdasarkan
kosmologi orang China, alam semesta ini digolongkan menjadi dua, atau dengan
kata lain alam ini diisi dengan pembagian atau golongan elemen-elemen yaitu
baik dan buruk. baik mencerminkan sifat Yang dan buruk mencerminkan sifat Yin
seperti diungkap dalam kitab klasik Taoisme (Tao te Ching) sebagaimana dikutip
oleh McCreery (dalam Scupin, 2000:289), bahwa “Tao melahirkan satu dan satu
melairkan dua”. Yang dimaksud dengan kata “dua” di atas adalah Yang dan Yin,
yang mengatur dunia, baik dunia nyata maupun tidak nyata. Yang dan Yin adalah
dua aspek yang saling berlawanan dan keduanya sama-sama mempengaruhi segala
aspek kehidupan manusia. Yang bersifat terang, aktif, laki-laki, panas, kering,
dan positif, sedangkan Yin bersifat gelap, pasif, perempuan, teduh, basah dan
negative. dengan adanya interaksi antara keduanya ini maka lahirlah alam dan
seisinya. Mereka saling melengkapi, namun hubungan mereka adalah berjenjang.
Yang selalu dianggap lebih besar daripada Yin, yaitu seperti model dimana
laki-laki selalu besar mendominasi dalam masyarakat patrilinial. Apa yang
terjadi dalam masyarakat patrilinial adalah mengambil model dari apa yang terjadi
dalam hubungan Yin dan Yang.
Yin dan Yang mewakili dua kekuatan mendasar yang membuat dan
menyelaraskan Semesta. Yin adalah
sisi hitam dengan titik putih pada bagian atasnya dan Yang adalah sisi putih
dengan titik hitam pada bagian atasnya. Hubungan antara Yin dan Yang sering
digambarkan dengan bentuk sinar matahari yang berada di atas gunung dan di
lembah. Yin (secara harafiah yaitu tempat yang teduh) adalah daerah gelap yang
merupakan bayangan dari gunung, sementara Yang (secara harfiah yaitu tempat
yang terang atau cerah) adalah bagian yang tidak terhalang oleh gunung. Yin
dan yang inilah yang membuat alam menjadi harmonis dan baik. Yin mengandung
sifat-sifat : diam, beku, padat, gelap, betina, dingin, lembut dan sebagainya.
Sedang Yang mengandung sifat-sifat : gerak, cair, terang, jantan, panas dan
sebagainya. Sifat Yin berlawanan dengan sifat Yang. Namun, perpaduannya merupakan
suatu keharusan untuk alam ini agar berfungsi dengan harmonis. Perpaduan Yin
dan Yang merupakan syarat berlangsungnya dunia dan isinya. [3]
Menurut
Kosmologi orang Cina, semua manusia mempunyai hubungan erat secara pribadi dengan kosmos sehingga
terlihat bervariasinya hubungan-hubungan itu dalam kehiduan sehari-hari.menurut
kosmologi cina bahwa manusia dan alam
(alam yang lebih luas) dihubungkan oleh
Tao. Orang Cina berpendapat bahwa segala
sesuatu yang ada di alam ini ada kesesuaian dengan tao.Tao diterjemahkan sebagai jalan atau cara. Ajaran Tao telah membuat agar alam dapat selaras dengan jalan hidup
manusia.konsep Tao berkembang dari
pemikiran Cina tentang kosmos atau alam.orang Cina mengamati bagaimana
alam menjalani siklus yang teratur,serta bagaimana hasil pertanian dan nasib mereka bergantung
pada alam.manusia dan alam mengikuti hukum yang sama yaitu Tao.
Sebagai sebuah
Prinsip Tao berasal dari keseimbangan,satu
berlawanan sebagai sebuah proses tao juga
menjadi perubahan yang teratur dan bersiklus,seperti musim panas menjadi musim dingin. Dengan memahami prinsip Tao,
Ahli Feng Shui dapat mengupayakan keseimbangan agar keharmonisan antara manusia dengan alam (alam yang lebih
besar). Dapat mewujudkan alam yang tidak teratur menjadi teratur dan dia(ahli Feng shui) dapat
menjadi perantara antara manusia dengan roh-roh, dewa-dewa, dan roh-roh leluhur tersebut dengan keturunannya.
Peraturan-peraturan
manusia harus sesuai dengan tao dan orang pertama yang terkait dengan norma-norma terkait adalah kaisar,yang
diyakini mewakili langit dan bumi. Kebijakan pemerintah akan mendapat pujian
dari rakyat jika kebijakan sesuai dengan tao. Kalau negara diperintah dengan
baik orang akan berkata, bahwa langit (thian) telah memerintah Negara itu. Untuk menjaga
keselamatan Negara,kaisar
mempersembahkan korban pada dewa
langit yang dilakukan melalui pemujaan di tempat-tempat yang telah ditentukan, seperti
Thian dan tempat-tempat suci yang lainya yang digunakan oleh kaisar untuk memuja dewa langit adalah kuil-kuil dan
untuk memuja leluhur biasanya di tempat
suci atau disucikan atau kuil-kuil yang ada dirumah.
Menurut
kosmologi orang Cina Bahwa seorang kaisar memimpin Dunia bukanlah dilihat dari prestasi yang di peroleh, tetapi didasarkan pada Anugrah yang di limpahkan
oleh dewa langit kepadanya. Begitu juga seorang yang menjadi pemimpin atau
kepala pemerintahan di dunia, bukan saja didasarkan atas usaha keras dan
prestasinya, tapi juga atas pemberian dari leluhur mereka yang sudah mati.
Untuk mewujudkan rasa terima kasih itu harus melakukan pemujaan dengan
menyuguhkan korban agar dewa langit dan leluhur tidak marah kepadanya. dari
sini telah melahirkan konsep pemujaan leluhur pada orang Cina, karena mereka
beranggapan bahwa leluhur atau roh nenek moyang mereka senantiasa hidup di
langit dan mengatur atau memberi petunjuk bagi kehidupan keturunan mereka di
dunia dan mereka dianggap wakil dari langit atau Thian atau Tuhan. Jika langit
atau Thian diyakini menguasai alam dan seisinya dalam lingkup yang luas (tanpa
batas), maka leluhur diyakini menguasai keturunannya dan memberikan bimbingan
dalam lingkup yang lebih kecil yaitu sebatas pada mereka yang memiliki hubungan
kekerabatan pada leluhur. [4]
Asal-Usul
Alam menurut Kosmologi China
Keterangan tentang
terbentuknya alam semesta menurut pemikiran Cina terdapat dalam kitab Yi Jing,
kitab ini menjadi rujukan utama untuk memahami konsep kosmologi (ilmu tentang
alam semesta). Teori asal-usul dunia yang terdapat dalam kitab Yi Jing
disepadankan dengan teeori kosmologi/fisika yang menyatakan bahwa terciptanya
alam semesta dimulai dengan sebuah ledakan
besar yang melahirkan materi-materi dengan tingkat kepadatan tinggi, yang terus
berputar menghasilkan galaksi, tata surya dan planet.
Menurut salah satu penafsiran, kitab Yi Jing, pada awalnya adalah
kehampaan, tidak ada dunia. Untuk sekali waktu yang ada hanyalah kehampaan.
Setelah kehampaan disusul oleh kekacauan. Kehampaan berganti kekacauan dengan
tingkat energi yang tinggi. Setelah terjadi kekacauan muncullah gas, disusun energy serta materi-materi. Alam
semesta disini masih dalam bentuk yang tak jelas dengan gerakan yang tak
teratur. Sampai saat, muncullah keteraturan atau hukum alam atau azas alam. Hukum
ini mengatur materi-materi yang tersebar di alam, hingga saat alam semesta
menampilkan bentuknya mendekati seperti
yang ada sekarang.
Fungsi dari alam semesta mencapai kesempurnaan setelah munculnya
Tai Ji. Tai Ji merupakan perpaduan unsure Yin dan Yang. Perpaduan Yin dan Yang
inilah yang membuat alam menjadi berjalan seimbang dan harmonis.[5]
Konsep
Dao
Konsep Yin dan Yang juga berpengaruh dalam memberi arti pada Dao.
Dalam pengertian ini, Dao diartikan sebagai 1 (satu) Yin dan 1 (satu) Yang. Dao
berarti adalah keseimbangan sempurna, karena telah mengandung Yin-Yang. Dengan
kesempurnaannya, Dao merupakan standar bagi seluruh alam ini.
Dao menghasilkan ketunggalan (Yin dan Yang). Dari ketunggalan
dihasilkan dwitunggal, yaitu langit dan bumi, dari dwitunggal ini dihasilkan
tritunggal yaitu manusia, untuk kemudian menghasilkan segala benda. Oleh karena
itu, dapat dikatakan : standar manusia adalah bumi, standar bumi adalah langit,
standar langit adalah Dao, dan standar Dao adalah kealamian (ziran).
Proses penghasilan isi alam dari Dao sampai benda-benda ini tidak
dijelaskan dalam Kitab Yi Jing, karena isi kitab ini lebih merupakan ajaran
yang harus dipercayai, bukan untuk diperdebatkan. Kitab ini juga sering disebut
sebagai Kitab Penujuman atau Peramalan tentang kejadian dan kerja alam semesta.[6]
B.
Yin
dan Yang dalam Hubungan
“Yin
dan Yang bergabung Ketika keduanya diterima sebagai kebenaran Larut menjadi
suatu sintesis Menjadi ketunggalan yang tidak terbatas yaitu: Anda!”
(C.
Alexander Simpkins)
Dengan intuisi, kita dapat menangkap kekuatan unsure-unsur ini
ketika kita mengolah kepekaan yang tepat. Mengikuti aliran Yin dan Yang, kita
akan dengan aman mengarungi samudra kehidupan. Percayalah
terhadap kekuatan ini dan berdamailah dengan arus vitalitas dalam kehidupan
yang tidak terelakkan. Keseimbangan akan muncul sendiri secara alami. Hubungan
Yin dan Yang memberi kita pemahaman yang cerdas atas realitas.
Hubungan
Timbal Balik
Dalam teori psikologi yang secara luas diterima tentang cara
berkembangnya anak-anak menjadi dewasa, Jean Piaget menyatakan bahwa fungsi
intelektual yang matang mensyaratkan kita untuk melangkah keluar dari persepsi
kita sendiri dan secara imajinatif memasuki persepsi orang lain. Tanpa
melakukan hal ini, perkembangan intelektual akan terhambat dan terbatas. Bagi
orang yang waras dan matang, keberadaan kita bukanlah pusat dari alam semesta.
Hubungan timbal balik adalah suatu
pengertian fundamental tentang realitas. Kita mencakupkan hubungan ini dalam
pengertian tentang orang lain, benda, dan peristiwa.
“Seiring
tumbuhnya anak menjadi lebih besar, mereka tidak lagi menganggap ekspresi
seperti “di depan” atau “di balik” dalam pengertian mutlak yang mengindikasikan
ciri objek. Sebaliknya, mereka mulai menangkap ciri relasional dari objek-objek
di dunia. Istilah seperti “asing” tidak dianggap menandakan suatu ciri mutlak
dari orang yang bersangkutan, melainkan lebih merupakan suatu relasi timbal
balik. Jadi, jika A asing bagi B, maka B asing bagi A. Dalam suatu hubungan
timbal balik, si individu dapat melihat dari sudut pandang orang lain, dan
bukan semata-mata dari sudut pandangnya sendiri. ” (Piaget, dalam Rosen 1977, 54)
Piaget
menunjuk sesuatu yang telah lama dianut oleh Taoisme: sudut pandang yang matang
mengenai realitas didasarkan pada pemahaman atas hubungan yang sejati. Menjadi
satu dengan kodrat intuitif segala hal dan pemahaman hubungan akan terjadi
dengan sendirinya. Melalui visi Yin dan Yang, hubungan menjadi seimbang ketika
persepsi juga merengkuh sudut pandang orang lain.
Perkembangan dalam hidup bersifat
interaktif, tidak satu arah. Orang tua mempengaruhi anak, dan anak pun
memberikan dampak terhadap orang tua. Masyarakat mempengaruhi para anggotanya,
sebagaimana para individunya pun dapat memberikan perubahan yang langgeng dalam
masyarakat. Semuanya berada dalam suatu interaksi bersama.[7]
Lima
Unsur
Segala sesuatu yang kita jumpai terdiri dari lima unsure yang
dipercayai orang China sebagai dasar kehidupan: air, kayu, logam, tanah, dan
api. Karena mereka menganggap bahwa keseluruhan alam semesta terus-menerus
berubah dan selalu berganti, maka unsure-unsur pun selalu berganti melalui
interaksi satu sama lain. Sejumlah interaksi bersifat saling melengkapi, tetapi
ada pula yang saling bertentangan. Misalnya, kayu menghasilkan api sehingga
keduanya saling melengkapi. Sedangkan air menyingkirkan api, sehingga kedua
unsur ini menjadi pasangan yang saling bertentangan. Kalau kita menyimak dunia
di sekitar kita, maka kita akan menyaksikan bagaimana unsure-unsur berubah.
Kita dapat mengamati daur yang destruktif, sebagai contoh: ketika air menguap
atau kayu yang membusuk. Tetapi sebaliknya, terjadi daur yang regenerative,
misalnya: ketika air mengembun dan pepohonan baru tumbuh. Orang China percaya
bahwa benda memang ada, tetapi keberadaan itu dibatasi waktu di dalam daur
perubahan yang tidak terelakkan.[8]
Sebuah model
alternative, model ini selalu dikombinasikan dengan Yang dan Yin yang
didasarkan pada Wuxing, suatu pengertian
dengan berbagai cara yang diterjemahkan sebagai lima elemen atau lima bagian,
lima agen, lima fase atau tahap, atau lima kualitas operasional. kayu, api,
tanah, logam, dan air: Wuxing berhubungan dengan lima pengertian, lima organ
dalam, lima suara, lima warna, lima kebaikan, dan lima hubungan.
> mereka (Yang dan Yin) mengontrol petunjuk (Timur, Barat, Utara,
Selatan dan Tengah)
> mereka (Yang dan Yin) melahirkan yang lainnya atau yang ada di alam
ini : kayu menghidupkan api, api menghidupkan bumi, bumi menghidupkan logam,
dan logam menghidupkan air.
> mereka juga mengontrol semua yang ada di bumi : air mengontrol api,
api mengontrol logam, logam mengontrol bumi, bumi mengontrol air.
Uraian pola
yang lebih banyak lagi terdapat dalam delapan trigram dan 66 heksagram dari
perubahan-perubahan klasik dan 10 cabang yang amat menyenangkan (kesurgaan) dan
12 batang (dahan) keduniaan yang dipergunakan untuk perhitungan dan menghitung
ramalan.
Terdapat dalam
unsure alam yang baik tersebut atau cerminan dari unsure yang tapi bersifat
tidak nyata, ialah roh-roh leluhur, roh-roh selain leluhur, dan dewa-dewa,
seperti dewa bumi, Tso Chun (dewa dapur), dewi Kwan Im, atau Guan Yin, dewa
Kwan Kong atau Guan Gong, Tin Haw dan lain-lain yang menjadi pelindung hidup
orang Cina, dan selalu di puja. Dari semua dewa ini, Kwan Im dianggap sebagai
tokoh buddha, Kwan Kong dianggap sebagai tokoh konfusius dan Tin Haw dianggap
sebagai dewi tao. Semua roh dan dewa
yang disebutkan diatas dikelompokkan oleh orang cina sebagai Shen yang dapat
diartikan sebagai roh atau jiwa. sedangkan unsure alam yang tidak baik merupakan
cerminan dari unsure Yin yang bersifat tidak nyata ialah Kwei yang juga dikenal
sebagai hantu-hantu atau siluman.
Berdasarkan
keyakinan orang China, salah satu cara untuk menghindarkan manusia dari
pengaruh tidak baik yang datang dari roh-roh leluhur adalah memakamkan orang
tuanya atau leluhur mereka sesuai dengan aturan-aturan ilmu feng shui yaitu
dimulai dari menentukan tempat pemakaman, melakukan pemujaan leluhur dan memberikan kebutuhan-kebutuhan
oleh leluhur. Dapat juga dengan menempatkan bhaat gwa (sebuah kaca atau gambar
yang memiliki delapan sisi dan setiap sisi mewakili arah mata angin) di
tempat-tempet yang dianggap oleh ahli feng shui memiliki pengaruh jahat,
seperti di atas pintu dan juga menggunakan phu atau jimat yang mereka dapar
dari loya atau dukun ataupun dari ahli feng shui.[9]
[1] C.
Alexander Simpkins, Simple Taoism, hal. 3-6
[2]
Ibid, hal.68
[3]
Bagus Takwin, Filsafat Timur, hal. 78
[4]
Drs. Ikhsan Tanggok, Mengenal Lebih Dekat Agama Tao, hal. 91
[5]
Bagus Takwin, Filsafat Timur: Sebuah Pengantar ke Pemikiran-pemikiran Timur,
hal. 76
[6]
Ibid, hal. 79
[7] C.
Alexander Simpkins, Simple Taoism, hal. 71-72
[8]
Ibid, hal. 8-9
[9]
Drs. Ikhsan Tanggok, Mengenal Lebih Dekat Agama Tao, hal. 94-95
Sangat bagus sekali tulisan ini. Saya bukan budha, tapi ilmu ini bermanfaat. Terima kasih
BalasHapusteruslah menulis kawan, sebab hanya tulisan yang akan kita tinggalkan...
BalasHapus